Translate

Saturday 31 May 2014

Melacurkan Ilmu

Jumat, 30 Mei 2014
http://jambi.tribunnews.com/2014/05/30/pengamat-pendidikan-melacurkan-ilmu

Allan Setyoko:

Pengamat Pendidikan : Melacurkan Ilmu


TRIBUNJAMBI.COM - Adanya praktik jual beli skripsi justru akan menurunkan intelektual seorang mahasiswa. Sehingga daya saing mereka akan jauh berkurang. Bukan hanya itu, dengan adanya praktik ini, malah membuat wawasan mahasiswa menjadi sempit.
Mahasiswa sekarang ini, seperti kesulitan untuk mencari pokok permasalahan yang bisa dijadikan bahan untuk penelitian. Mereka masih sulit untuk melihat antara kenyataan yang ada dengan harapan yang diinginkan. Kemungkinan analisis mahasiswa yang kini mulai melemah disebabkan sistem pembelajaran di tingkat dasar, sekolah menengah, dan menengah atas, yang masih menggunakan soal objektif. Dampaknya mereka hanya bisa memilih dari pilihan yang ada. Karenanya setelah dewasa mereka kurang bisa untuk memecahkan soal yang membutuhkan analisa, atau menganalisa sebuah persoalan yang ada.
Bukan sekadar itu, tetapi soal mental yang juga perlu jadi perhatian bersama. Agaknya revolusi mental perlu dilakukan untuk membuat generasi muda sekarang ini, punya mental yang tangguh, tidak mudah menyerah. Revolusi mental perlu diterapkan mulai pendidikan dasar.
Rakyat Indonesia kebanyakan, masih menunggu untuk dipaksa, baru mereka mau melakukan perubahan. Dan ini seperti dibudayakan turun-temurun.
Hal ini tentu berkaitan dengan mental. Sehingga, masalah mental ini perlu dikawal mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas. Kontrol lingkungan dalam pembentukan mental seseorang juga perlu diperhatikan. Bukan apa, faktor lingkungan, juga punya pengaruh yang besar terhadap perkembangan mental.
Dosen sebagai pendidik juga harus menyadari peranannya dalam pendidikan. Bila mereka melakukan jual beli skripsi, sama halnya mengajari mahasiswa untuk melakukan kejahatan. Karena yang dilakukan merupakan kejahatan yang terorganisir. Jual beli skripsi pada mahsiswa ini sama halnya melacurkan ilmu dan melacurkan mentalnya sebagai pendidik. Semestinya mereka malu untuk melakukan itu, dengan alasan apapun.
Penulisan karya ilmiah dimulai dari belajar penulisan skripsi. Bila menulis skripsi saja tidak bisa, tentu mereka akan sulit untuk membuat karya ilmiah. Saat ini, dalam penulisan karya ilmiah, Indonesia masih ketinggalan dari negara tetangga, misalnya Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun Singapura bisa membuat 70 lebih, Malaysia bisa 50 dalam setahun, sedangkan Indonesia hanya sepuluh dalam setahun.
Diharapkan, ada perguruan tinggi di Jambi yang berani tidak meluluskan mahasiswanya bila memang mereka tidak "layak" untuk diluluskan. Sikap tegas ini diharapkan bisa membentuk para generasi muda bangsa yang punya mental dan berkualitas. Selengkapnya...