Translate

Sunday 10 February 2013

Manajemen Perubahan Pendekatan Klasik



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Berubah atau di ubah, untuk itu suatu organisasi harus menyadari bahwa apapun yang dilakukan dalam perubahan, pada intinya adalah untuk menjaga kedinamisan organisasi menuju pada peningkatan kualitas dalam menghadapi perkembangan zaman. Perubahan merupakan tanda bahwa kehidupan sedang berlangsung sehingga memberikan harapan, walau harapan itu terkadang menjadi kurang terkendali, liar, lepas dan kompetitif. Perubahan membawa konsekuensi terjadinya perubahan pada individu, kelompok, organisasi, institusi, masyarakat dan teknologi. Saat ini, telah banyak kita temukan berbagai perubahan yang dilakukan oleh sebuah organisasi demi bertahan dilingkungannya dan mewujudkan tujuan-tujuan tertentu yang diharapkan akan membuat organisasi tersebut bisa terus bertahan menghadapi persaingan di tengah majunya zaman.
Transformasi atau perubahan adalah suatu hal yang pasti terjadi karena tidak ada yang ajeg. Perubahan tidak dapat dihindari dalam kehidupan umat manusia dan merupakan tantangan yang harus dihadapi guna kemajuan di masa depan. Transformasi sudah menjadi sebuah isu global sejak didengungkannya revolusi industri. Organisasi yang ingin menjadi pemenang dalam persaingan bisnis abad mega trend, harus mampu melakukan berbagai perubahan dan inovasi secara adaptif dan fleksibel yang harus dipersiapkan manajer-manajer.
Perubahan sangat perlu dilakukan karena situasi, kondisi, dan tuntutan yang berubah. Perubahan dapat saja terjadi tanpa dapat diprediksi, namun juga pada perubahan yang dapat diprediksi.[1] Perubahan itu dapat saja terjadi karena revolusi, reformasi, evolusi, dan inovasi. Demikian pula pada tahun 1998, Indonesia mengalami perubahan besar tanpa dapat diprediksi melalui reformasi. Setelah kejadian itu, gejala perubahan di segala bidang kehidupan, trend peningkatan. Boleh jadi ini, efek reformasi ataupun akibat globalisasi serta perkembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif.
Untuk itu berbagai upaya dilakukan dalam rangka mengeliminir persoalan yang muncul sebagai akibat dari perubahan itu. Seperti mengelola ketidakpuasan dengan status-quo diantara karyawan, kebutuhan akan model atau visi masa depan yang akan menuntun re-desain organisasi dan kebutuhan akan proses perubahan yang dikelola dengan baik untuk membantu karyawan memodifikasi sikap dan perilaku mereka. Winardi mengungkapkan, bahwa perubahan adalah tindakan beralihnya sesuatu dari kondisi yang berlaku kini menuju ke kondisi masa yang akan datang menurut yang diinginkan guna meningkatkan efektititasnya[2]. Perubahan merupakan proses transformasi dari keadaan sekarang menuju keadaan di masa yang akan datang lebih baik[3].

1.2.  Rumusan Masalah
Banyak hal yang menjadi penyebab terjadinya perubahan. Faktor kebutuhan untuk segera dilakukan perubahan salah satunya. Robert Kreitner dan Angelo Kinicki (2001) menyatakan perubahan itu harus dilakukan dikarenakan adanya desakan oleh kekuatan internal dan eksternal. Untuk itu, makalah ini akan membahas mengenai:
a.    Pendekatan klasik manajemen perubahan (unfreezing, movement, reefreezing);
b.    Tipologi perubahan, dan;
c.    Tahapan perubahan.

1.3.  Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah: untuk memahami pengertian pendekatan klasik manajemen perubahan (unfreezing, movement, reefreezing) dan tipologi serta tahapan perubahan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pendekatan Klasik Manajemen Perubahan
Perubahan merupakan suatu cita-cita bahwa masa kini lebih baik dari masa lalu dan masa depan harus lebih baik dari masa kini. Masalah yang paling sulit dilakukan pada saat perubahan adalah meninggalkan kebiasaan lama yang sudah membudaya. Sangat dipahami bahwa perubahan sangat dibutuhkan agar organisasi berjalan dimanis dalam menghadapi perkembangan situasi menuju perkembangan yang berkualitas.
Untuk menghasilkan perubahan seperti yang diharapkan, maka dibutuhkan kemampuan melihat (seing is believing) setelah itu bergerak menyelesaikan hingga tuntas[4]. Perlu disadari bahwa selama proses perubahan berlangsung, akan terdapat kekuatan-kekuatan yang mendukung dan yang menolak. Untuk itu, agar perubahan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan Kurt Lewin[5] memberikan model pendekatan yang dapat dilakukan melalui tiga tahap:

                                     Restraining Forces

           Desire
           State                                                                           REFREEZING

                                                              MOVEMENT


                           
           Status     
           Quo            UNFREEZING
                                                                           Driving Forces


                                                                          Time
Gambar: Teori Kurt Lewin
a.    Tahapan awal perubahan Unfreezing (mencairkan)
Merupakan suatu proses penyadaran tetntang perlunya, atau kebutuhan untuk berubah. Hal ini didasari akan perlunya perubahan karena adanya kesenjangan yang besar antara tujuan dan kenyataan, kecemasan akan keberlangsungan (survival anxiety) organisasi, dan adanya resistansi. Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan cara:
1.      Driving forces (kekuatan dorong/ penggerak) yaitu: mengarahkan/ mengurangi kekuatan/perilaku keluar dari status quo, mengurangi keengganan untuk berubah, menciptakan kebutuhan akan perubahan, meminimalisasi tantangan terhadap perubahan menuju kearah perubahan yang dikehendaki.
2.      Restraining forces (menahan) yaitu: menunjukan kekuatan-kekuatan untuk menghindar.
b.    Tahapan proses transisi Movement/Changing (Memindahkan)
Merupakan proses untuk menganalisa kesenjangan antara desire status dan status quo, mengembangkan perilaku, nilai dan sikap yang baru, dan mencermati program-program perubahan sehingga dapat diberikan solusi yang optimal guna mengurangi resistansi pada perubahan. Pada tahapan ini proses yang dilakukan secara bertahap (step by step) tapi pasti. Sehingga, jumlah resistensi berkurang dan jumlah pendukung bertambah.
c.    Tahapan keberlanjutan Refreezing (Membekukan)
Setelah melewati dua tahapan perubahan dengan baik, maka perlu dilakukan upaya memperkuat, memantapkan, mengevaluasi, membuat, modifikasi, dan mengembangkan upaya perubahan kearah yang diinginkan lebih konstruktif sehingga hasil-hasil perubahan dapat segera dirasakan. Jika kondisi yang diinginkan telah tercapai, stabilkan melalui aturan-aturan baru, sistem kompensasi baru, dan cara pengelolaan organisasi yang baru lainnya. Dengan demikian, jika berhasil maka jumlah penentang akan sangat berkurang, dan jumlah pendukung makin bertambah.



2.2.    Tipologi Perubahan
Dean Anderson and Linda S. Ackerman Anderson [6] mengemukakan bahwa terdapat tiga macam tipe perubahan, yaitu: developmental change, transitional change, and transformational change.
a.    Developmental change
Merupakan perbaikan ketrampilan, metode, standar kinerja atau kondisi yang telah ada, yang karena berbagai alasan tidak mengukur kebutuhan sekarang atau yang akan datang. Ada dua asumsi yaitu: pertama, bahwa orang mampu memperbaiki. Kedua, mereka akan menjadi lebih baik apabila di beri alasan, sumber daya, motivasi, dan pelatihan yang tepat.
Developmental change dapat diterapkan pada individu, kelompok atau seluruh organisasi dan tidak dapat dipisahkan dengan proses perbaikan dalam:
1.    Pelatihan teknis dan personal, seperti komunikasi, hubungan antar personal dan ketrampilan pengawasan;
2.    Aplikasi proses perbaikan atau kualitas;
3.    Intervensi untuk meningkatkan sycle time;
4.    Team building;
5.    Problem solving;
6.    Memperbaiki komunikasi
7.    Penyelesaian konflik;
8.    Meningkatkan penjualan atau produksi;
9.    Manajemen rapat;
10.     Negosiasi peran;
11.     Usaha survei umpan balik;
12.     Job enrichment; dan memperluas jangkauan pasar yang telah ada.
b.    Transitional change
Merupakan respon pada pergeseran signifikan pada kekuatan lingkungan atau kebutuhan pasar untuk sukses. Transitional change dimulai ketika pimpinan mengetahui bahwa suatu masalah terjadi dan dalam operasi perlu berubah atau diciptakan untuk melayani permintaan sekarang atau di masa depan yang lebih baik.
Pada transitional change dapat dilakukan upaya seperti; reorganisasi, merger atau konsolidasi sederhana. Membebaskan diri dari kepentingan, pemasangan dan integrasi komputer atau teknologi baru yang tidak memerlukan perubahan besar dalam pola pikir atau perilaku, penciptaan produk baru, jasa, sistem,proses, kebijakan, atau prosedur sebagai pengganti yang lama.
Strategi mengelola transitional change dapat berbentuk komunikasi yang baik untuk menjalankan perubahan, rencana perubahan harus jelas, keterlibatan pekerja sangat besar dalam mendesain dan implementasi rencana, kontrol lokal dalam implementasi dan cukup dukungan dan integrasi waktu untuk memastikan bahwa pekerja bekerja dalam keadaan baru.
c.    Transformational change
Merupakan pergeseran secara radikal dari satu keadaan ke keadaan yang lainnya sehingga secara signifikan memerlukan pergeseran budaya, perilaku dan pola pikir untuk melaksanakan sepanjang waktu. Proses ini sangat kompleks, sehingga memerlukan kerja ekstra.
Dengan kata lain, proses ini memerlukan pergeseran dan kepedulian manusia secara utuh untuk mengubah cara organisasi dan orangnya melihat dunia, pelanggan, pekerjaannya, dan dirinya.
Sedangkan Havard Business Essentials[7] memperkenalkan tipe perubahan berbentuk discontinuous incremental change dan continuous incremental change. Discontinuous incremental change, merupakan pergeseran tunggal dan tiba-tiba dari masa lalu. Hal ini, merupakan momentum untuk organisasi menuju ke tingkat kinerja yang lebih tinggi. Namun kelemahan dari tipe ini, inisiatif perubahan sering menjurus pada perasaan puas (complecency) atas apa yang sudah dicapai.
Continuous incremental change merupakan serangkaian perbaikan kecil yang sering dilakukan pada saat perubahan sedang terjadi. Keuntungan tipe ini adalah lebih mudah mengelolanya, probabilitasnya lebih besar, kecil gangguannya, dan mentalitas organisasi untuk berubah dapat terjaga.



2.3.    Tahapan Perubahan
Perubahan terjadi karena adanya dorongan dari dalam (internal) dan dorongan dari luar (eksternal). Adapun tahapan perubahan tersebut, sebagai berikut[8]:
Tahap 1 :
Merupakan tahap identifikasi, merumuskan rencana perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan/terjadi. Dalam tahap ini seseorang atau kelompok dapat mengenal kebutuhan perubahan dan mengidentifikasi tipe perubahan. Secara komprehensif, langkah-langkah penting yang harus dilaksanakan pada setiap tahap adalah sebagai berikut:
1.    Melakukan pemetaan (mapping) terhadap para pemangku kepentingan dan melakukan asesmen atas pengaruh perubahan terhadap masing-masing pemangku kepentingan;
2.    Melakukan asesmen kesiapan perubahan, termasuk di dalamnya identifikasi penolakan terhadap perubahan;
3.    Melakukan asesmen terhadap tingkat partisipasi/dukungan para pemangku kepentingan dan kebutuhan akan komunikasi untuk manajemen perubahan, termasuk mengindentifikasikan penolakan terhadap perubahan;
4.    Melakukan asesmen terhadap organisasi, termasuk struktur, peran (roles) dan tanggung jawabnya (responsibilities);
5.    Melakukan asesmen terhadap kemampuan / kapabilitas dan skills organisasi untuk melaksanakan perubahan;
6.    Mengembangkan strategi manajemen perubahan, rencana dan aktivitas manajemen perubahan;
7.    Mengembangkan strategi dan rencana komunikasi;
8.    Mengembangkan strategi dan recana pelatihan, termasuk penetapan standard dan Indikator Kinerja Utama (IKU).
9.    Merumuskan manfaat (benefit) yang diperoleh dari hasil perubahan yang akan dilaksanakan;
10.    Memperkuat tim reformasi untuk lebih memahami manajemen perubahan, dan meningkatkan koordinasi;
11.    Merumuskan mekanisme internal pelaksanaan perubahan termasuk sistem pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan dan instrumen-instrumen yang diperlukan.
Tahap 2 :
Merupakan tahap mengelola/melaksanakan, implementasi perubahan. Pada tahap ini terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan. Untuk itu, perlu dilakukan analisis/diagnostik dan pemilihan strategi. Dalam proses ini perlu dipertimbangkan adanya faktor pendukung sehingga perubahan dapat terjadi dengan baik. Secara komprehensif, langkah-langkah penting yang harus dilaksanakan pada setiap tahap adalah sebagai berikut:
1.    Mengimplementasikan strategi, rencana dan aktivitas manajemen perubahan, termasuk tetap melakukan asesmen secara berkelanjutan terhadap pengarah perubahan pada masing - masing kelompok pemangku kepentingan;
2.    Mengimplementasikan strategi, rencana dan aktivitas komunikasi agar para pemangku kepentingan secara aktif terlibat (engaged), merasa memiliki proses perubahan dan mendorong perilaku dan pola pikir baru yang diharapkan dari proses perubahan serta mengurangi penolakan terhadap perubahan;
3.    Mengimplementasikan struktur organisasi yang baru, termasuk peran dan tanggung jawabnya yang baru untuk mendukung perubahan;
4.    Mengimplementasikan strategi, rencana dan aktivitas pelatihan untuk membekali para staf menjalani periode transisi dengan baik dan mengurangi penolakan.
5.    Mengintegrasikan strategi manajemen perubahan dan strategi komunikasi dengan program dan kegiatan perubahan;
6.  Memberikan pengetahuan dan ketrampilan melalui asistensi dan fasilitasi yang diperlukan untuk membentuk ketrampilan, nilai-nilai, perilaku dan pola pikir baru (termasuk budaya kerja atau budaya organisasi yang baru) yang diharapkan dalam proses perubahan;
7.  Mengimplementasikan manfaat yang telah dirumuskan agar perubahan dapat dirasakan secara positif oleh pemangku kepentingan;
8.  Melakukan monitoring dan evaluasi serta pelaporan atas pelaksanaan pengelolaan perubahan.
Tahap 3 :
Merupakan tahap evaluasi. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan acuan pada tahap 1 sehingga memberi dampak pada perubahan yang diinginkan berikutnya. Secara komprehensif, langkah-langkah penting yang harus dilaksanakan pada setiap tahap adalah sebagai berikut:
1.    Mengambil hikmah/pelajaran (lesson learnt) dari pelaksanaan keseluruhan strategi, rencana dan aktivitas manajemen perubahan, termasuk merumuskan dan melakukan koreksi atas perbaikan yang diperlukan, yang diperoleh dari:
a.    Pelaksanaan survey kepada para pemangku kepentingan yang terkena perubahan dan pengukuran tingkat keberhasilan;
b.    Kunjungan dan pengamatan ke unit-unit kerja yang melaksanakan proses perubahan; dan
c.    Umpan balik (feedback) secara langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari para pemangku kepentingan.
2.    Melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan strategi dan rencana komunikasi;
3.    Melakukan evaluasi terhadap strategi dan rencana pelatihan untuk mendukung perubahan;
4.    Melakukan pemutakhiran atas Strategi dan Rencana Manajemen Perubahan berdasarkan evaluasi di atas dan hikmah/pelajaran (lesson learnt) yang didapat;
5.    Mengidentifikasi dan menyampaikan setiap keberhasilan kepada seluruh pejabat dan pegawai, melalui webs/te/situs intranet; email blast; surat edaran; pidato dalam rapat; bulletin, dsb;
6.    Memberikan penghargaan-penghargaan khusus kepada pegawai atau kelompok pegawai yang telah berhasil mengimplementasikan perubahan.


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari paparan singkat di atas dapat disimpulkan bahwa:
1.    Perubahan merupakan suatu keniscayaan, karenanya untuk menghasilkan perubahan seperti yang diharapkan, maka dibutuhkan kemampuan melihat (seing is believing) kemudian bergerak menyelesaikannya hingga tuntas. Karenanya perubahan dapat dilakukan melalui: unfreezing, movement/change, refreezing.
2.    Dalam menghadapi situasi perubahan perlu dipahami tipe perubahan, yaitu: developmental change, transitional change, and transformational change, ataupun tipe perubahan yang berbentuk discontinuous incremental change dan continuous incremental change.
3.    Perlu disadari bahwa perubahan itu terjadi karena adanya dorongan dari dalam (internal) dan dorongan dari luar (eksternal). Untuk itu, perlu memahami tahapan perubahan, yaitu:
Tahap 1  : Merupakan tahap identifikasi, merumuskan rencana perubahan, diharapkan seseorang dapat mengenal perubahan apa yang akan dilakukan/terjadi.
Tahap 2  : Merupakan tahap mengelola/melaksanakan, implementasi perubahan. Pada tahap ini terjadi proses pencairan, perubahan dan pembekuan yang diharapkan.
Tahap 3  : Merupakan tahap evaluasi. Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dan evaluasi data tersebut.

3.2. Implikasi
Keberhasilan atau kegagalan perubahan yang dilakukan sangat bergantung pada seluruh orang didalam organisasi. Karenanya, setiap orang harus diyakinkan akan pentingnya arti sebuah perubahan sehingga secara individual mereka memahami dan pada akhirnya mendukung program perubahan yang dirancang.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan, Buku 4, (Jakarta: Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, 2011)
A. Qodri Azizy, Change Management dalam Reformasi Birokrasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007)
Dean Anderson and Linda S. Ackerman Anderson, Beyond Change Management, (San Fransisco: Jossey Bass, 2001)
Havard Business Essentials, Culture and Change, (Boston: Havard Business School Publishing, 2002)
Rhenald Kasali, Change! Tak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga (Manajemen Perubahan dan Manajemen Harapan), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005)
Suhardi Sigit, Esensi Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: BPFE UST, 2003)
Winardi, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Prenada Media, 2005)
Wibowo, Manajemen Perubahan, Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)



[1] A. Qodri Azizy, Change Management dalam Reformasi Birokrasi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007)
[2] Winardi, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Prenada Media, 2005) hal. 2
[3] Wibowo, Manajemen Perubahan, Edisi Ketiga (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) hal. 1
[4] Rhenald Kasali, Change! Tak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga (Manajemen Perubahan dan Manajemen Harapan), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) hal. 113
[5] Wibowo, Manajemen perubahan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012) Hal. 200 – 202, Lihat juga, Suhardi Sigit, Esensi Perilaku Organisasi, (Yogyakarta: BPFE UST, 2003) Hal. 269 – 270, lihat juga, Rhenald Kasali, Change! Tak Peduli Berapa Jauh Jalan Salah yang Anda Jalani, Putar Arah Sekarang Juga (Manajemen Perubahan dan Manajemen Harapan), (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005) hal. 98 - 100
[6] Dean Anderson and Linda S. Ackerman Anderson, Beyond Change Management, (San Fransisco: Jossey Bass, 2001) hal. 32
[7] Havard Business Essentials, Culture and Change, (Boston: Havard Business School Publishing, 2002) hal. 102
[8] Anonim, Pedoman Pelaksanaan Program Manajemen Perubahan, Buku 4, (Jakarta: Kementerian PAN dan Reformasi Birokrasi, 2011) hal. 14 - 17