SEKOLAH,
KUALITAS TENAGA KERJA, DAN PERTUMBUHAN NEGARA
(Eric
A. Hanushek dan Dennis D. Kimko)
Pengukuran langsung kualitas tenaga kerja dari skor tes matematik dan sains internasional
sangat kuat terkait dengan pertumbuhan. Tes khusus tidak langsung umumnya
konsisten dengan rantai penyebabnya: pengeluaran langsung untuk sekolah tidak
terkait dengan kinerja murid yang berbeda; efek pertumbuhan yang diperkirakan
dari kualitas tenaga kerja yang diperbaiki mendukung ketika negara-negara Asia
timur dikeluarkan; dan akhirnya perbedaan kualitas negara asal imigran
yang secara langsung berkaitan dengan pendapatan
Amerika bila imigran bersekolah di negaranya dan tidak bersekolah di Amerika.
Tetapi perkiraan terakhir dari efek produktivitas mikro memperkenalkan
ketidakpastian besaran efek pertumbuhan.
Sekarang ini analisa teoritis tentang
perbedaan internasional tingkat pertumbuhan memperhatikan peran modal manusia. Banyak
studi empiris mengenai pertumbuhan ekonomi jangka panjang di berbagai negara
saat ini termasuk beberapa perwakilan modal manusia, dengan beragam efek
pengaruhnya. Tetapi keterbatasan data menekankan pada kesepakatan yang mencemaskan.
Sesuai dengan analisis ketentuan gaji, implementasi empiris secara nyata selalu
menerapkan beberapa pengukuran yang ada pada kuantitas sekolah formal; untuk
merefleksikan modal manusia, tetapi ini tidak sepadan. Analisa perbedaan
internasional dalam tingkat pertumbuhan menyatakan bahwa kemampuan matematika
dan sains merupakan komponen utama modal
manusia yang cocok untuk tenaga kerja. Kemampuan kognitif dari suatu populasi
tidak bisa diperkirakan dengan pengukuran asal sekolah. Perhitungan perbedaan
kualitas tenaga kerja ini terutama mengembangkan kemampuan kita untuk
menjelaskan tingkat pertumbuhan.
Dua isu yang muncul berkaitan dengan
efek modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi adalah: bagaimana sebaiknya setiap
hubungan dikhususkan dan bagaimana seharusnya modal manusia diukur ? Fokus dari
makalah ini adalah isu yang kedua yaitu bagaimana modal manusia diukur. Dalam
formulasi yang sederhana: tingkat petumbuhan dipengaruhi oleh pemikiran dan
penemuan, yang balikannya dikaitkan dengan modal manusia baik melalui kegiatan
penelitian dan pengembangan (Researh and Development= R&D) maupun kegiatan
adopsi perilaku. Formulasi ini menunjukkan kenapa output dan tingkat
pertumbuhan suatu negara lebih tinggi bila
negara itu memiliki lebih banyak
modal manusia.
Penelitian
awal tentang pertumbuhan difokuskan ke berbagai pengukuran kegiatan sekolah formal
untuk mewakili modal manusia yang relevan. Pengukuran seringkali diterapkan
pada tahap pendaftaran baik di sekolah dasar maupun menengah, contohnya adalah pengukuran
Romer (1990), Robert J. Barro (1991) dan Gregory Manjiw dan lainnya (1992) dan
dilanjutkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ross Levine dan David Renelt
(1992), Levine dan Sara J. Zervos (1993). Tetapi varaibel sekolah ini tidak tepat
mewakili modal manusia yang seuai dengan tenaga kerja atau bahkan mengubah
keadaan selama periode pendidikan dan transisi demografis. Untuk menyelesaikan
masalah ini Barro dan Jong Wha Lee (1993) mempelopori pengembangan variabel
sekolah yang lebih baik dengan menggunakan data sensus dan survei negaranya
masing-masing. Masalah yang menantang diperjelas dengan alternatif ini, tetapi semua
berasal dari penyesuaian kualitas sekolah. Contohnya, sedikit orang percaya
bahwa setahun di sekolah menengah di Amerika sama dengan setahun di tingkat
yang sama di Mesir. Berikutnya Barro menjelaskan inklusi perbedaan sumber
sekolah yang ada dianggap sebagai ukuran kualitas yang melampaui regresi
perkembangan di negaranya. Sementara ia juga menyatakan bahwa ratio guru: murid
di sekolah dasar tahun 1960 memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan
ekonomi, rasio guru: murid di sekolah menengah secara statistik tidak penting ditandai
positif – dengan sedikit keyakinan kesemuanya ini sama-sama mencapai perbedaan
kualitas di sekolah.
Ada
isu konseptual dari formulasi model pertumbuhan, bila pertumbuhan terus
meningkat kadang-kadang memerlukan pertumbuhan modal manusia. Namun untuk
alasan investasi yang sederhana seseorang tidak berharap bila tahun sekolah
akan memperpanjang perilaku yang bebas. Ketika penekanan pada istilah kemampuan
kognitif dan kualitas manusia, maka pertumbuhan kualitas akan lebih alami, dan
model pertumbuhan yang sudah digariskan lebih banyak diinterpretasi.
Makalah
ini mengungkapkan masalah pengukuran kualitas tenaga kerja secara langsung.
Lebih konsentrasi pada pengukuran konvensional dari input sekolah, kita
membentuk pengukuran baru dari kualitas baru berdasarkan kinerja kognitif siswa
dengan memberikan tes internasional yang beragam dalam pencapaian akademik
bidang matematika dan sains. Kualitas tenaga kerja yang berbeda diukur dengan
cara membuktikan kekuatan efek tingkat pertumbuhan.
Ada
tiga strategi yang mengidentifikasi unsur penting dari pertumbuhan struktur
penyebab pertumbuhan yaitu:
Pertama,
bila pertumbuhan lebih kuat membawa negara ke peningkatan investasi sekolah,
pertumbuhan bisa menyebabkan peningkatan pencapaian. Tetapi perkiraan langsung
dari fungsi produksi internasional tidak mendukungnya sebagai efek cara
pencapaian.
Kedua,
bila
beberapa karakteristik negara tidak diukur maka akan mempengaruhi kinerja
sekolah dan kinerja sektor lainnya secara ekonomis, hubungan yang diteliti ini
bisa tidak sesuai fakta. Tetapi estimasi model pendapatan di Amerika untuk para
imigran yang mengaitkan negara dengan sekolah dan estimasi kognitif kualitas
tenaga kerja menunjukkan bahwa pengukuran kualitas secara langsung akan terkait
dengan keahlian tenaga kerja dan produktivitas individu.
Ketiga,
tes
dapat menjadi penunjuk pertumbuhan tinggi di negara Asia Timur yang skor
nilainya tinggi secara internasional.
Salah satu kualitas tes adalah memasukkan besaran estimasi kualitas yang mempengaruhi pertumbuhan. Perkiraan
produktivitas mikro untuk para imigran, yang paling mempengaruhi perbedaan kualitas
dibandingkan menemukan persamaan pertumbuhan, mennyebabkan ketidakpastian
besaran potensi akibat pertumbuhan.
Berdasarkan bagaimana efek tingkat perbedaan produktivitas ditafsirkan menjadi
efek perkembangan, maka dampak kualitas bisa terlihat lebih kecil dalam
memperkirakan persamaan pertumbuhan – meningkatkan kemungkinan faktor yang
hilang. Meskipun ada ketidakpastian besarannya, kita menyimpulkan bahwa
kualitas tenaga kerja secara langsung berhubungan dengan produktivitas dan
pertumbuhan.
I.
Kualitas
Pengukuran Tenaga Kerja
Deskripsi kualitatif modal manusia
bila dipandang secara umum berasal dari salah satu sumber ini: pengukuran input sekolah (seperti
belanja atau gaji guru) atau pengukuran langsung kemampuan kognitif individu. Dengan
menggunakan pengukuran kemampuan kognitif secara langsung, maka akan ada
keuntungan utama dalam membiarkan perbedaan kualitas untuk meningkatkan faktor
luar sekolah formal, sementara dengan menggunakan pengukuran input sekolah maka
ada keuntungan potensial jika aspek penting modal manusia relevan bila diukur
dengan tes kognitif. Sementara kita melihat adanya dua altenatif, inti dari
analisa ini adalah pengembangan dan pemanfaatan pengukuran kualitas tes
kognitif yang konsisten.
Perbandingan
pencapaian kognitif lintas negara yaitu memperbanyak tes internasional bebas
enam kali dari pencapaian murid dalam bidang matematika dan sains yang
dilakukan selama tiga dekade. Empat yang dikelola Asosiasi Internasional untuk
Evaluasi Pencapaian Pendidikan (IEA) dan dua dari Penilaian Internasional
Perkembangan Pendidikan (IAEP).
Konsentrasi
bidang matematika dan sains berhubungan dengan penekanan teoritis atas
kepentingan riset sebagai sumber pertumbuhan. Siswa yang memiliki pemahaman
baik dalam matematika dan sains berkelompok menjadi ahli teknik dan sains di
masa depan. Paling tidak untuk Amerika, John Bishop (1992) memberikan
konfirmasi terpisah tentang pentingnya matematika dalam menentukan
produktivitas dan pendapatan individu. Kemudian beberapa informasi tes untuk
mata pelajaran lainnya, tidak bisa dibandingkan dengan skor bidang matematika
dan sains, oleh karenanya tidak digunakan di sini.
Untuk
mengembangkan kesatuan pengukuran kualitas tenaga kerja, kita menggabungkan
semua informasi tentang tes matematika dan sains internasional yang ada sepanjang
tahun 1991. Tesnya tidak langsung mengukur kemampuan tenaga kerja (yang
mendapat pendidikan dengan waktu yang berbeda), meskipun percampuran tes yang
berbeda diterapkan di sini mendekati perkiraan waktu yang relevan.
Dua
pendekatan menggabungkan tes yang
terpisah untuk setiap negara. Dua puluh enam rangkaian kinerja – yang menggambarkan perbedaan umur,
skor tes, dan tahun – sudah tersedia,
dan rangkaian ini berbeda makna kebenaran persentasenya. Metode ringkasan
pertama menggunakan transformasi
multiplikatif untuk mengubah masing-masing kinerja ke angka 50.
Transformasi ini tergantung pada asumsi kuat bila sarana antar waktu kinerja
matematika dan sains dunia tidak berubah dan negara-negara yang mengambil tes
digambarkan secara acak dari distribusi dunia. Metode kedua adalah informasi tambahan inkorporat yang
disiapkan oleh Penilaian Nasional Perkembangan Pendidikan (NAEP).
II.
Efek
Kualitas dalam Pertumbuhan
Formulasi penyebab mengarahkan
kerja empiris mengikuti model pertumbuhan endogen dimana tingkat pertumbuhan
suatu negara secara langsung berhubungan dengan simpanan modal manusia.
Formulasi penyebab yang beragam menunjuk ke spesifikasi empiris. Menurut Romer
(1990a) modal manusia mempengaruhi masukan ide dan teknologi baru. Dalam model
AK Rebelo (1991), pertumbuhan secara langsung berhubungan dengan simpanan modal
tambahan yang termasuk di dalamnya modal manusia dengan unsur intinya
kekurangan balikan yang tidak penting untuk modal manusia. Model serupa juga
sudah ada dalam model adopsi teknologi Nelson dan Phelps (1991) dan Finis Welch
(1970) dimana simpanan modal manusia suatu negara mempengaruhi tingkat
teknologi baru dan tingkat pertumbuhannya. Meskipun memiliki implikasi
kebijakan yang berbeda, masing-masing bisa memotivasi formulasi dasar yang
diterapkan.
Pertumbuhan formulasi endogen tentunya
tidak hanya berupa model pertumbuhan yang berbeda, dan kontroversinya berada
pada formulasi terbaik. Isu fundamental untuk spesifikasi empiris adalah apakah
simpanan modal manusia atau perubahan simpanan modal manusia masuk pada
ketentuan tingkat pertumbuhan. Bila pendidikan dipandang sebagai input langsung
ke produksi, lalu tingkat pertumbuhan akan dikaitkan dengan pertumbuhan dengan
input yang berbeda, dan perubahan simpanan modal manusia akan menjadi faktor
penjelas yang relevan dalam pertumbuhan. Beragam aspek model alternatif dicoba,
tetapi hasilnya tergantung pada formulasi dan implikasi tertentu yang belum
tentu benar.
III. Kausalitas, Bagian A : Penentu
Kualitas Sekolah
Pertumbuhan
memberikan peningkatan sumberdaya untuk negara, dan bagian dari sumber daya ini
mungkin dikembalikan menjadi investasi modal manusia, karenanya hubungan yang
sebelumnya diperkirakan bisa menyebutkan keseriusan dampak penyebab kualitas
tenaga kerja yang lebih tinggi.
Akhirnya, struktur dari testing itu
sendiri mungkin mempengaruhi pola kinerja yang diamati. Keragaman peserta
sekolah bisa mengarah ke keragaman skor, tergantung pada efek pilihan yang
murni, karena negara-negara dengan tingkat kelengkapan sekolah mungkin khusus
menguji bagian yang lebih selektif dari kelompok umur keseluruhan.
Pertimbangan penting terkait dengan
analisa sebelumnya dari hubungan pertumbuhan lintas negara sudah berkesinambungan
– negara yang pertumbuhannya cepat sepertinya berinvestasi di banyak sekolah,
pabrik dan peralatan, dan sejenisnya. Efek dari pertumbuhan perkembangan modal
manusia, sebaliknya, secara khusus sudah ditekankan oleh Jacob Mincer (1996)
dan Bils dan Klenov (2000). Ketiadaan efek dari pendapatan dan pengeluaran yang
sistematis pada kualitas tenaga kerja memperkuat interpretasi kualitas tenaga
kerja dalam model pertumbuhan.
IV.
Perluasan Sampel Negara
Untuk menggali perbedaan pertumbuhan
di antara negara-negara, kita penting sekali memperluas kelompok negara yang
dianalisis dengan penekanan pada kualitas tenaga kerja berdasarkan
karakteristik yang diamati. Ada tiga faktor penting dalam menentukan keragaman
kualitas tenaga kerja. Pertama, tingkat pendaftaran sekolah dasar yang secara
kuat mempengaruhi kinerja, mungkin dengan menunjukkan seluruh kepentingannya
yang masing-masing negara berikan untuk pendidikan. Kedua, tingkat pertumbuhan
populasi yang lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja yang rendah.
Ketiga, perbedaan wilayah mempengaruhi kinerja negara-negara Asia yang terbaik.
Kuantitas rata-rata sekolah secara positif dikaitkan dengan kinerja, meskipun
tidak penting pada tingkat konvensional. Sumber daya sekolah sekali lagi tidak
kuat berkaitan dengan kualitas. Tanda positif yang salah dari rasio guru :
murid muncul atau tidak akan ada variabel yang tidak disebutkan untuk wilayah
Asia, wilayah yang secara tradisional rasio guru: murid dan kinerja murid tinggi. Pengukuran pengeluaran, meskipun
positif, secara statistik tidak penting.
V.
Kausalitas, Bagian B – Hubungn
Produktivitas – Kualitas
Kerancuan
kausalitas bisa muncul dari masalah variabel sederhana yang dihilangkan.
Selanjutnya aspek lain dari pengaruh negara baik skor dan keberhasilan
ekonominya, pengukuran kualitas tenaga kerja mungkin hanya menggantikan
pengaruh yang benar. Contohnya: bila pertumbuhan dikaitkan dengan pasar kerja
yang lebih terbuka, negara yang pasar buruhnya lebih terbuka mungkin juga
memiliki alokasi pekerja lebih baik untuk mengajar sehingga kinerja murid lebih
baik. Atau, investasi kesehatan individu akan mengarah ke produktivitas lebih
tinggi dan dan pertumbuhan kinerja sekolah yang lebih baik.
Dalam analisa ini, kami menerapkan srtategi
yang berbeda. Kita konsentrasi pada pekerja imigran di Amerika dan
menghubungkan variasi pendapatan mereka untuk mengukur kualitas tenaga kerja.
Bila pengukuran kualitas kerja tidak menunjukkan perbedaan produktivitas tetapi
hanya mewakili perbedaan lainnya di masing-masing ekonomi negara, kita
sebaiknya melihat tidak ada hubungan perbedaan pendapatan imigran dalam ekonomi
Amerika. Lebih jauh lagi, dengan membedakan tempat imigran menerima pendidikan
– di negaranya, di Amerika, atau kombinasi keduanya – sangat mungkin
menghubungkan pengukuran kualitas lebih dekat ke sekolah dibandingkan dengan
karakteristik imigran seperti budaya, perilaku keluarga, dan lainnya.
Bila efek pertumbuhan kualitas tenaga
kerja sebelumnya diperkirakan hanya mencerminkan beberapa faktor yang
dihilangkan terkait dengan negara asal dan efisiensi pasarnya, kita tidak akan
mengharapkan efek produktivitas imigran dalam ekonomi Amerika. Kemudian, bila
efek pertumbuhan hanya menggambarkan faktor budaya atau keluarga dan tidak
mencerminkan efek kemampuan dan pencapaian sekolah, kita berharap pengaruh
produktivitas dalam ekonomi Amerika tidak memandang tempt sekolah berada.
Meskipun begitu bukti kualitatif
yang mendukung hubungan kausalitas antara perbedaan kualitas negara tertentu
dengan produktivitas individu, masalahnya masih tersisa apakah besarnya efek
estimasi itu cukup untuk menjelaskan hubungan yang kuat dengan tingkat
pertumbuhan. Investigasi awal dari provisi sumber daya sekolah yang berkelanjutan
menyebutkan bahwa efek pertumbuhan tidak konsisten dengan data yang ada. Tetapi
investigasi keragaman negara di Asia Timur sekarang dan yang akan datang berupa
kesimpulan kualitatif yang menyatakan tidak ada besaran perkiraan efek
pertumbuhan kualitas. Perkiraan pendapatan individu yang menjadi bukti langsung
besaran perbedaan produktivitas dikaitkan dengan kemampuan sekolah yang
berbeda, memungkinkan bila sesuatu bisa dikatakan sebagai besaran efek
pertumbuhan.
Sayangnya, tidak ada cara yang baik untuk
menerjemahkan efek produkivitas individu, yang berkaitan dengan tingkat
pendapatan, menjadi efek pertumbuhan dalam jumlah tertentu. Semuanya tergantung
pada model pertumbuhan khusus yang dipilih. Contohnya, satu pendekatan akan
menjadi model efek pencapaian sebagai tingkat keadaan dalam jumlah tetap dari
output ekonomi dengan pertumbuhan bersatu berdasarkan tingkat pendapatan. Dalam
besaran koefisien kualitas dan pendapatan memberikan estimasi dampak kualitas
dalam keadaan tetap dari pendapatan – satu parameter yang akan menjadi
pembanding ke parameter pendapatan Mincer bila pertumbuhan langsung berasal
dari tingkat keragaman input modal manusia. Tetapi perkiraan pertumbuhan menyajikan
estimasi lebih besar dari efek kualitas dibandingkan dengan estimasi pendapatan
imigran, yang memberikan efek produktivitas langsung masuk ke hubungan
pertumbuhan.
Sebagai pandangan alternatif dari
perspektif model pertumbuhan endogen akan berkaitan dengan tingkat pertumbuhan
ke simpanan modal manusia di sini, bentuknya kuantitas dan kualitas modal
manusia. Di sini pertumbuhan endogen dan eksternalitas dalam istilah simpanan
tambahan kualitas tenaga kerja mungkin bisa menjelaskan perbedaan yang dicatat
dalam istilah produktivitas individu dan efek pertumbuhan perbedaan kualitas.
Dua hal penting dalam penilaian ini. Pertama, karena kualitas koofisien begitu
besar dalam penyamaman pertumbuhan, keduanya mutlak berkaitan dengan kuantitas
sekolah, penekannanya pasti pada kekuatan eksternalitas ke kualitas yang
berbeda dari kuantitas. Kedua, besaran efek kualitas dalam kasus pertumbuhan
endogen masih tampak sulit membesar. Perkiraan kualitas dalam garis dasar dan
model pertumbuhan meningkatkan nilai menyatakan bahwa satu standar deviasi
dalam tes kinerja beralih menjadi lebih satu persen lebih tinggi pertumbuhan
per tahun dalam bentuk GDP per kapita. Tetapi dengan estimasi Klenow dan Andres
Rodriguez-Clare (1997), pertumbuhan rata-rata lintas negara berdampak baik pada
perubahan teknologi hanya berkisar 1 persen per tahun – perkiraan kasar sama
dengan deviasi standar tes kinerja. Karenanya efek kualitas pertumbuhan,
meskipun ada pengaruh tambahan ke perubahan teknologi, tampak begitu besar.
VI.
Kausalitas, Bagian C – Sensitivitas
Negara-Negara Asia Timur
Pengalaman
pertumbuhan yang dikenal di negara-negara Asia Timur dalam periode pengambilan
sampel, berkaitan dengan hasil yang sudah didominasi oleh negara-negara di
wilayah tersebut. Untuk sampel dengan tes yang diamati, efek kualitas tenaga
kerja turun dalam besaran
ke
,
tergantung pada sampel yang nyata, dan R2 turun bila negara Asia Timur dihapus.
Hasil ini konsisten dengan kualitas kontribusi modal manusia dalam pertumbuhan
ekonomi di Asia Timur. Walaupun demikian, kualitas tenaga kerja mempertahankan
efek penting dan kuat pada pertumbuhan yang diperkirakan di semua bagian
negara. Dalam contoh sampel yang menambah nilai, hasilnya sama.
Singkatnya,
pentingnya kualitas tenaga kerja tidak hanya suatu artefak dari data yang
dikelola negara-negara Asia Timur tetapi mendukung semua negara di dunia. Di
luar Asia Timur, perubahan deviasi satu standar dalam kualitas tenaga kerja
masih dikaitkan dengan 0,7 – 1,0 persen poin tingkat pertumbuhan lebih tinggi
(tergantung pada sampel khusus yang diterapkan dalam estimasinya).
VII. Pentingnya Pengukuran Kualitas
Analisa sebelumnya berkonsentrasi
pada tingkat pertumbuhan yang bisa dijelaskan dengan keadaan awal dan dengan
kuantitas dan kualitas modal manusia. Pada saat yang sama, model yang benar
disederhanakan meninggalkan susunan karakteristik yang luas dari ekonomi
negara. Distribusi tingkat pertumbuhan yang diamati mencerminkan kombinasi dari
“keadaan perptumbuhan” dan faktor yang tidak diukur. Dengan mengeluarkan efek
yang diukur, kita bisa mengidentifikasi negara mana yang pertumbuhannya cepat
atau lambat diberikan simpanan modal manusia.
Distribusi
dari tingkat pertumbuhan setelah mengurangi pengaruh modal manusia dan pendapatan awal yang diukur memberikan
beberapa petunjuk dalam pencarian identitas deretan faktor yang lebih banyak
yang mempengaruhi pertumbuhan. Contohnya, kinerja Amerika, diidentifikasi memiliki
pertumbuhan leboh cepat dibandingkan yang diharapkan diberikan karakteristik
modal manusianya, mugkin sebagian merefleksikan ketidaksempurnaan pengukuran
modal manusia. Tidak ada analisa informasi inkorporasi tentang pendidikan
tinggi, temapt sekolah Amerika dianggap terbaik dunia. Selanjutnya, dalam versi
model pertumbuhan endogen yang menekankan pada ide dan peemuan (Romer 1990a),
input pendidikan tinggi menjadi produksi para ahli sains dan teknik menjadi
penting. Sebaliknya, mungkin hanya merefleksikan pasar kompetitif yang lebih
terbuka di Amerika.
VIII.
Kesimpulan
Berdasarkan
pengamatan tingkat pertumbuhan nasional yang beragam, satu dari yang paling utamaadalah
kesimpulan yang siap diterima melibatkan sentralitas modal manusia dari suatu
bangsa. Meskipun demikian, kesimpulan ini berasal dari model dengan spesifikasi
modal manusia yang berbeda. Kenyataannya, semua mengabaikan isu kualitas,
secara implisit menyatakanbahwa keragaman kualitas modal manusia relatif kecil
untuk kepentingan dan kergaman kuantitas modal manusia yang murni.
Analisa di sini jelas mempertimbangkan
kualitas tenaga kerja yang diukur dengan tes komparatif bidang matematika dan
sains dan kemampuan ilmiah. Kesimpulan sederhana muncul dari spesifikasi
analitis yang beragam: kualitas tenaga kekrja memiliki hubungan yang kuat,
stabil dan konsisten dengan pertumbuhan ekonomi. Sejumlah investigasi tidak
langsung dari spesifikasi penyebab secara kualitatif konsisten dengan
interpretasi penyebabnya. Hubungan peprtumbuhan tidak munculmenjadi hasil
pertumbuhan yang menyebabkan kualitas lebih tinggi melalui sumber daya
investasi di sekolah. Tidak juga muncul karena dipicu tes kinerja tinggi hanya
dikaitkan dengan negara-negara Asia Timur yang karena beberapa alasan mencapai
pertumbuhan tinggi. Ahirnya, dengan melihat bagaimana pengukuran kualitas
berhubungan dengan pendapatan imigran di Amerika, kita menemukan bukti yang
jelas bahwa tes kinerja international berhubungan dengan perbedaan
produktivitas. Kemudian perbedaan produktivitas ini timbul berkaitan dengan
sekolah yang berbeda dan bukankarena faktor budaya, dukungan keluarga dan
sikap, dan sejenisnya. Keterkaitan langsung untuk produktivitas menggambarkan
dampak kausalitas dalam kinerja ekonomi internasional.
Meskipun demikian, dampak kualitas
dalam pertumbuhan, yang menunjukkan bahwa deviasi satu standar dalam kemampuan
matematika dan sains berubah menjadi lebih dari satu poin persentase dalam
rata-rata pertumbuhan per tahun, juga tampak tidak membesar. Tidak ada
kesederhanaan dan esepakatan dengan cara perubahan perbedaan produktivitas
mikro dari pendapatan individu ke efek pertumbuhan ekonomi, membuatnya sulit
menjadi kenyataan. Contohnya, bila kualitas muncul melalui peningkatan
pendapatan pada tahap keadaan tetap dan pertumbuhan merefleksikan proses
penyatuan keadaan, hasil persamaan pertumbuhan akan lebih besar dibandingkan
dengan hasil yang berhubungan dengan pendapatan individu. Satu alternatif, yang
lebih konsisten dengan penekanan yang diasumsikan untuk pendekatan pertumbuhan
endogen, akan meringkas peran eksternatlitas dari tingkat modal manusia yang
lebih tinggi. Tetapi hasil dari model pertumbuhan, menyiratkan bahwa
eksternalitas pasti lebih kuat untuk kualitas dan kuantitas. Efek pertumbuhan
yang diperkirakan dari deviasi standar satu dari kualitas yang lebih besar akan
diperoleh dari rata-rata sembilan tahun sekolah. Selanjutnya, dalam istilah
mutlak, efek ini kasarnya sama dengan estimasi rata-rata tingkat perkembangan
teknologi dari periode itu. Sanggahan ini menyatakan kemungkinan variabel
dihilangkan dalam penyamaan pertumbuhan, tetapi kita punya sedikit indikasi apa
yang mungkin terjadi. Sejumlah faktor yang nyata sudah dikeluarkan dari analisa
spesifikasi dan dengan pertimbangan model alternatif efek kausalitas.
Kami menyimpulkan bahwa perbedaaan
kualitas tenaga kerja penting untuk pertumbuhan; perbedaan kualitas ini
dihubungkan dengan sekolah (tetapi tidak perlu sumber daya dipersembahkan oleh
negara untuk sekolah); dan bahwa kausalitas memiliki dampak penyebab pada
pertumbuhan. Pada saat yang sama, perkiraan sederhana dari hubungan perptumbuhan
lintas negara muncul melampaui dampak penyebab kualitas. Penyebab pertama atau
besaran dari kelebihan ini tidak jelas.
Ada juga dilema kebijakan yang berbeda, karena kebijakan
sumber daya sekolah standar tidak berkaitan dengan keragaman kualitas yang
sudah diidentifikasi. Kami yakin bahwa investigasi berikutnya dari faktor yang memandu perbedaan kualitas adalah
penting.
No comments:
Post a Comment