Translate

Wednesday 13 February 2013

Sekolah, Kualitas.....



SEKOLAH, KUALITAS TENAGA KERJA, DAN PERTUMBUHAN NEGARA
(Eric A. Hanushek dan Dennis D. Kimko)
Pengukuran  langsung kualitas tenaga kerja dari  skor tes matematik dan sains internasional sangat kuat terkait dengan pertumbuhan. Tes khusus tidak langsung umumnya konsisten dengan rantai penyebabnya: pengeluaran langsung untuk sekolah tidak terkait dengan kinerja murid yang berbeda; efek pertumbuhan yang diperkirakan dari kualitas tenaga kerja yang diperbaiki mendukung ketika negara-negara Asia timur dikeluarkan; dan akhirnya perbedaan kualitas negara asal imigran yang  secara langsung berkaitan dengan pendapatan Amerika bila imigran bersekolah di negaranya dan tidak bersekolah di Amerika. Tetapi perkiraan terakhir dari efek produktivitas mikro memperkenalkan ketidakpastian besaran efek pertumbuhan.

        Sekarang ini analisa teoritis tentang perbedaan internasional tingkat pertumbuhan memperhatikan peran modal manusia. Banyak studi empiris mengenai pertumbuhan ekonomi jangka panjang di berbagai negara saat ini termasuk beberapa perwakilan modal manusia, dengan beragam efek pengaruhnya. Tetapi keterbatasan data menekankan pada kesepakatan yang mencemaskan. Sesuai dengan analisis ketentuan gaji, implementasi empiris secara nyata selalu menerapkan beberapa pengukuran yang ada pada kuantitas sekolah formal; untuk merefleksikan modal manusia, tetapi ini tidak sepadan. Analisa perbedaan internasional dalam tingkat pertumbuhan menyatakan bahwa kemampuan matematika dan sains merupakan komponen utama  modal manusia yang cocok untuk tenaga kerja. Kemampuan kognitif dari suatu populasi tidak bisa diperkirakan dengan pengukuran asal sekolah. Perhitungan perbedaan kualitas tenaga kerja ini terutama mengembangkan kemampuan kita untuk menjelaskan tingkat pertumbuhan.
            Dua isu yang muncul berkaitan dengan efek modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi adalah: bagaimana sebaiknya setiap hubungan dikhususkan dan bagaimana seharusnya modal manusia diukur ? Fokus dari makalah ini adalah isu yang kedua yaitu bagaimana modal manusia diukur. Dalam formulasi yang sederhana: tingkat petumbuhan dipengaruhi oleh pemikiran dan penemuan, yang balikannya dikaitkan dengan modal manusia baik melalui kegiatan penelitian dan pengembangan (Researh and Development= R&D) maupun kegiatan adopsi perilaku. Formulasi ini menunjukkan kenapa output dan tingkat pertumbuhan suatu negara lebih tinggi bila  negara itu  memiliki lebih banyak modal manusia.
Penelitian awal tentang pertumbuhan difokuskan ke berbagai pengukuran kegiatan sekolah formal untuk mewakili modal manusia yang relevan. Pengukuran seringkali diterapkan pada tahap pendaftaran baik di sekolah dasar maupun menengah, contohnya adalah pengukuran Romer (1990), Robert J. Barro (1991) dan Gregory Manjiw dan lainnya (1992) dan dilanjutkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Ross Levine dan David Renelt (1992), Levine dan Sara J. Zervos (1993). Tetapi varaibel sekolah ini tidak tepat mewakili modal manusia yang seuai dengan tenaga kerja atau bahkan mengubah keadaan selama periode pendidikan dan transisi demografis. Untuk menyelesaikan masalah ini Barro dan Jong Wha Lee (1993) mempelopori pengembangan variabel sekolah yang lebih baik dengan menggunakan data sensus dan survei negaranya masing-masing. Masalah yang menantang diperjelas dengan alternatif ini, tetapi semua berasal dari penyesuaian kualitas sekolah. Contohnya, sedikit orang percaya bahwa setahun di sekolah menengah di Amerika sama dengan setahun di tingkat yang sama di Mesir. Berikutnya Barro menjelaskan inklusi perbedaan sumber sekolah yang ada dianggap sebagai ukuran kualitas yang melampaui regresi perkembangan di negaranya. Sementara ia juga menyatakan bahwa ratio guru: murid di sekolah dasar tahun 1960 memiliki hubungan negatif dengan pertumbuhan ekonomi, rasio guru: murid di sekolah menengah secara statistik tidak penting ditandai positif – dengan sedikit keyakinan kesemuanya ini sama-sama mencapai perbedaan kualitas di sekolah.
Ada isu konseptual dari formulasi model pertumbuhan, bila pertumbuhan terus meningkat kadang-kadang memerlukan pertumbuhan modal manusia. Namun untuk alasan investasi yang sederhana seseorang tidak berharap bila tahun sekolah akan memperpanjang perilaku yang bebas. Ketika penekanan pada istilah kemampuan kognitif dan kualitas manusia, maka pertumbuhan kualitas akan lebih alami, dan model pertumbuhan yang sudah digariskan lebih banyak diinterpretasi.
Makalah ini mengungkapkan masalah pengukuran kualitas tenaga kerja secara langsung. Lebih konsentrasi pada pengukuran konvensional dari input sekolah, kita membentuk pengukuran baru dari kualitas baru berdasarkan kinerja kognitif siswa dengan memberikan tes internasional yang beragam dalam pencapaian akademik bidang matematika dan sains. Kualitas tenaga kerja yang berbeda diukur dengan cara membuktikan kekuatan efek tingkat pertumbuhan.
Ada tiga strategi yang mengidentifikasi unsur penting dari pertumbuhan struktur penyebab pertumbuhan yaitu:
Pertama, bila pertumbuhan lebih kuat membawa negara ke peningkatan investasi sekolah, pertumbuhan bisa menyebabkan peningkatan pencapaian. Tetapi perkiraan langsung dari fungsi produksi internasional tidak mendukungnya sebagai efek cara pencapaian.
Kedua, bila beberapa karakteristik negara tidak diukur maka akan mempengaruhi kinerja sekolah dan kinerja sektor lainnya secara ekonomis, hubungan yang diteliti ini bisa tidak sesuai fakta. Tetapi estimasi model pendapatan di Amerika untuk para imigran yang mengaitkan negara dengan sekolah dan estimasi kognitif kualitas tenaga kerja menunjukkan bahwa pengukuran kualitas secara langsung akan terkait dengan keahlian tenaga kerja dan produktivitas individu.
Ketiga, tes dapat menjadi penunjuk pertumbuhan tinggi di negara Asia Timur yang skor nilainya tinggi secara internasional.
            Salah satu kualitas tes adalah  memasukkan besaran estimasi kualitas yang  mempengaruhi pertumbuhan. Perkiraan produktivitas mikro untuk para imigran, yang  paling mempengaruhi perbedaan kualitas dibandingkan menemukan persamaan pertumbuhan, mennyebabkan ketidakpastian besaran potensi akibat  pertumbuhan. Berdasarkan bagaimana efek tingkat perbedaan produktivitas ditafsirkan menjadi efek perkembangan, maka dampak kualitas bisa terlihat lebih kecil dalam memperkirakan persamaan pertumbuhan – meningkatkan kemungkinan faktor yang hilang. Meskipun ada ketidakpastian besarannya, kita menyimpulkan bahwa kualitas tenaga kerja secara langsung berhubungan dengan produktivitas dan pertumbuhan.
I.          Kualitas Pengukuran Tenaga Kerja
Deskripsi kualitatif modal manusia bila dipandang secara umum berasal dari salah satu  sumber ini: pengukuran input sekolah (seperti belanja atau gaji guru) atau pengukuran langsung kemampuan kognitif individu. Dengan menggunakan pengukuran kemampuan kognitif secara langsung, maka akan ada keuntungan utama dalam membiarkan perbedaan kualitas untuk meningkatkan faktor luar sekolah formal, sementara dengan menggunakan pengukuran input sekolah maka ada keuntungan potensial jika aspek penting modal manusia relevan bila diukur dengan tes kognitif. Sementara kita melihat adanya dua altenatif, inti dari analisa ini adalah pengembangan dan pemanfaatan pengukuran kualitas tes kognitif yang konsisten.
            Perbandingan pencapaian kognitif lintas negara yaitu memperbanyak tes internasional bebas enam kali dari pencapaian murid dalam bidang matematika dan sains yang dilakukan selama tiga dekade. Empat yang dikelola Asosiasi Internasional untuk Evaluasi Pencapaian Pendidikan (IEA) dan dua dari Penilaian Internasional Perkembangan Pendidikan (IAEP).
            Konsentrasi bidang matematika dan sains berhubungan dengan penekanan teoritis atas kepentingan riset sebagai sumber pertumbuhan. Siswa yang memiliki pemahaman baik dalam matematika dan sains berkelompok menjadi ahli teknik dan sains di masa depan. Paling tidak untuk Amerika, John Bishop (1992) memberikan konfirmasi terpisah tentang pentingnya matematika dalam menentukan produktivitas dan pendapatan individu. Kemudian beberapa informasi tes untuk mata pelajaran lainnya, tidak bisa dibandingkan dengan skor bidang matematika dan sains, oleh karenanya tidak digunakan di sini.
            Untuk mengembangkan kesatuan pengukuran kualitas tenaga kerja, kita menggabungkan semua informasi tentang tes matematika dan sains internasional yang ada sepanjang tahun 1991. Tesnya tidak langsung mengukur kemampuan tenaga kerja (yang mendapat pendidikan dengan waktu yang berbeda), meskipun percampuran tes yang berbeda diterapkan di sini mendekati perkiraan waktu yang relevan.
            Dua pendekatan  menggabungkan tes yang terpisah untuk setiap negara. Dua puluh enam rangkaian  kinerja – yang menggambarkan perbedaan umur, skor tes, dan tahun – sudah  tersedia, dan rangkaian  ini  berbeda makna  kebenaran persentasenya. Metode ringkasan pertama menggunakan transformasi multiplikatif untuk mengubah masing-masing kinerja ke angka 50. Transformasi ini tergantung pada asumsi kuat bila sarana antar waktu kinerja matematika dan sains dunia tidak berubah dan negara-negara yang mengambil tes digambarkan secara acak dari distribusi dunia. Metode kedua adalah informasi tambahan inkorporat yang disiapkan oleh Penilaian Nasional Perkembangan Pendidikan (NAEP).

  II.          Efek Kualitas dalam Pertumbuhan
Formulasi penyebab mengarahkan kerja empiris mengikuti model pertumbuhan endogen dimana tingkat pertumbuhan suatu negara secara langsung berhubungan dengan simpanan modal manusia. Formulasi penyebab yang beragam menunjuk ke spesifikasi empiris. Menurut Romer (1990a) modal manusia mempengaruhi masukan ide dan teknologi baru. Dalam model AK Rebelo (1991), pertumbuhan secara langsung berhubungan dengan simpanan modal tambahan yang termasuk di dalamnya modal manusia dengan unsur intinya kekurangan balikan yang tidak penting untuk modal manusia. Model serupa juga sudah ada dalam model adopsi teknologi Nelson dan Phelps (1991) dan Finis Welch (1970) dimana simpanan modal manusia suatu negara mempengaruhi tingkat teknologi baru dan tingkat pertumbuhannya. Meskipun memiliki implikasi kebijakan yang berbeda, masing-masing bisa memotivasi formulasi dasar yang diterapkan.
Pertumbuhan formulasi endogen tentunya tidak hanya berupa model pertumbuhan yang berbeda, dan kontroversinya berada pada formulasi terbaik. Isu fundamental untuk spesifikasi empiris adalah apakah simpanan modal manusia atau perubahan simpanan modal manusia masuk pada ketentuan tingkat pertumbuhan. Bila pendidikan dipandang sebagai input langsung ke produksi, lalu tingkat pertumbuhan akan dikaitkan dengan pertumbuhan dengan input yang berbeda, dan perubahan simpanan modal manusia akan menjadi faktor penjelas yang relevan dalam pertumbuhan. Beragam aspek model alternatif dicoba, tetapi hasilnya tergantung pada formulasi dan implikasi tertentu yang belum tentu benar.

   III.     Kausalitas, Bagian A : Penentu Kualitas Sekolah
            Pertumbuhan memberikan peningkatan sumberdaya untuk negara, dan bagian dari sumber daya ini mungkin dikembalikan menjadi investasi modal manusia, karenanya hubungan yang sebelumnya diperkirakan bisa menyebutkan keseriusan dampak penyebab kualitas tenaga kerja yang lebih tinggi.
            Akhirnya, struktur dari testing itu sendiri mungkin mempengaruhi pola kinerja yang diamati. Keragaman peserta sekolah bisa mengarah ke keragaman skor, tergantung pada efek pilihan yang murni, karena negara-negara dengan tingkat kelengkapan sekolah mungkin khusus menguji bagian yang lebih selektif dari kelompok umur keseluruhan.
            Pertimbangan penting terkait dengan analisa sebelumnya dari hubungan pertumbuhan lintas negara sudah berkesinambungan – negara yang pertumbuhannya cepat sepertinya berinvestasi di banyak sekolah, pabrik dan peralatan, dan sejenisnya. Efek dari pertumbuhan perkembangan modal manusia, sebaliknya, secara khusus sudah ditekankan oleh Jacob Mincer (1996) dan Bils dan Klenov (2000). Ketiadaan efek dari pendapatan dan pengeluaran yang sistematis pada kualitas tenaga kerja memperkuat interpretasi kualitas tenaga kerja dalam model pertumbuhan.

IV. Perluasan Sampel Negara
            Untuk menggali perbedaan pertumbuhan di antara negara-negara, kita penting sekali memperluas kelompok negara yang dianalisis dengan penekanan pada kualitas tenaga kerja berdasarkan karakteristik yang diamati. Ada tiga faktor penting dalam menentukan keragaman kualitas tenaga kerja. Pertama, tingkat pendaftaran sekolah dasar yang secara kuat mempengaruhi kinerja, mungkin dengan menunjukkan seluruh kepentingannya yang masing-masing negara berikan untuk pendidikan. Kedua, tingkat pertumbuhan populasi yang lebih tinggi dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja yang rendah. Ketiga, perbedaan wilayah mempengaruhi kinerja negara-negara Asia yang terbaik. Kuantitas rata-rata sekolah secara positif dikaitkan dengan kinerja, meskipun tidak penting pada tingkat konvensional. Sumber daya sekolah sekali lagi tidak kuat berkaitan dengan kualitas. Tanda positif yang salah dari rasio guru : murid muncul atau tidak akan ada variabel yang tidak disebutkan untuk wilayah Asia, wilayah yang secara tradisional rasio guru: murid dan kinerja murid  tinggi. Pengukuran pengeluaran, meskipun positif, secara statistik tidak penting.

V.   Kausalitas, Bagian B – Hubungn Produktivitas – Kualitas
Kerancuan kausalitas bisa muncul dari masalah variabel sederhana yang dihilangkan. Selanjutnya aspek lain dari pengaruh negara baik skor dan keberhasilan ekonominya, pengukuran kualitas tenaga kerja mungkin hanya menggantikan pengaruh yang benar. Contohnya: bila pertumbuhan dikaitkan dengan pasar kerja yang lebih terbuka, negara yang pasar buruhnya lebih terbuka mungkin juga memiliki alokasi pekerja lebih baik untuk mengajar sehingga kinerja murid lebih baik. Atau, investasi kesehatan individu akan mengarah ke produktivitas lebih tinggi dan dan pertumbuhan kinerja sekolah yang lebih baik.
            Dalam analisa ini, kami menerapkan srtategi yang berbeda. Kita konsentrasi pada pekerja imigran di Amerika dan menghubungkan variasi pendapatan mereka untuk mengukur kualitas tenaga kerja. Bila pengukuran kualitas kerja tidak menunjukkan perbedaan produktivitas tetapi hanya mewakili perbedaan lainnya di masing-masing ekonomi negara, kita sebaiknya melihat tidak ada hubungan perbedaan pendapatan imigran dalam ekonomi Amerika. Lebih jauh lagi, dengan membedakan tempat imigran menerima pendidikan – di negaranya, di Amerika, atau kombinasi keduanya – sangat mungkin menghubungkan pengukuran kualitas lebih dekat ke sekolah dibandingkan dengan karakteristik imigran seperti budaya, perilaku keluarga, dan lainnya.
            Bila efek pertumbuhan kualitas tenaga kerja sebelumnya diperkirakan hanya mencerminkan beberapa faktor yang dihilangkan terkait dengan negara asal dan efisiensi pasarnya, kita tidak akan mengharapkan efek produktivitas imigran dalam ekonomi Amerika. Kemudian, bila efek pertumbuhan hanya menggambarkan faktor budaya atau keluarga dan tidak mencerminkan efek kemampuan dan pencapaian sekolah, kita berharap pengaruh produktivitas dalam ekonomi Amerika tidak memandang tempt sekolah berada.
            Meskipun begitu bukti kualitatif yang mendukung hubungan kausalitas antara perbedaan kualitas negara tertentu dengan produktivitas individu, masalahnya masih tersisa apakah besarnya efek estimasi itu cukup untuk menjelaskan hubungan yang kuat dengan tingkat pertumbuhan. Investigasi awal dari provisi sumber daya sekolah yang berkelanjutan menyebutkan bahwa efek pertumbuhan tidak konsisten dengan data yang ada. Tetapi investigasi keragaman negara di Asia Timur sekarang dan yang akan datang berupa kesimpulan kualitatif yang menyatakan tidak ada besaran perkiraan efek pertumbuhan kualitas. Perkiraan pendapatan individu yang menjadi bukti langsung besaran perbedaan produktivitas dikaitkan dengan kemampuan sekolah yang berbeda, memungkinkan bila sesuatu bisa dikatakan sebagai besaran efek pertumbuhan.
            Sayangnya, tidak ada cara yang baik untuk menerjemahkan efek produkivitas individu, yang berkaitan dengan tingkat pendapatan, menjadi efek pertumbuhan dalam jumlah tertentu. Semuanya tergantung pada model pertumbuhan khusus yang dipilih. Contohnya, satu pendekatan akan menjadi model efek pencapaian sebagai tingkat keadaan dalam jumlah tetap dari output ekonomi dengan pertumbuhan bersatu berdasarkan tingkat pendapatan. Dalam besaran koefisien kualitas dan pendapatan memberikan estimasi dampak kualitas dalam keadaan tetap dari pendapatan – satu parameter yang akan menjadi pembanding ke parameter pendapatan Mincer bila pertumbuhan langsung berasal dari tingkat keragaman input modal manusia. Tetapi perkiraan pertumbuhan menyajikan estimasi lebih besar dari efek kualitas dibandingkan dengan estimasi pendapatan imigran, yang memberikan efek produktivitas langsung masuk ke hubungan pertumbuhan.
            Sebagai pandangan alternatif dari perspektif model pertumbuhan endogen akan berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ke simpanan modal manusia di sini, bentuknya kuantitas dan kualitas modal manusia. Di sini pertumbuhan endogen dan eksternalitas dalam istilah simpanan tambahan kualitas tenaga kerja mungkin bisa menjelaskan perbedaan yang dicatat dalam istilah produktivitas individu dan efek pertumbuhan perbedaan kualitas. Dua hal penting dalam penilaian ini. Pertama, karena kualitas koofisien begitu besar dalam penyamaman pertumbuhan, keduanya mutlak berkaitan dengan kuantitas sekolah, penekannanya pasti pada kekuatan eksternalitas ke kualitas yang berbeda dari kuantitas. Kedua, besaran efek kualitas dalam kasus pertumbuhan endogen masih tampak sulit membesar. Perkiraan kualitas dalam garis dasar dan model pertumbuhan meningkatkan nilai menyatakan bahwa satu standar deviasi dalam tes kinerja beralih menjadi lebih satu persen lebih tinggi pertumbuhan per tahun dalam bentuk GDP per kapita. Tetapi dengan estimasi Klenow dan Andres Rodriguez-Clare (1997), pertumbuhan rata-rata lintas negara berdampak baik pada perubahan teknologi hanya berkisar 1 persen per tahun – perkiraan kasar sama dengan deviasi standar tes kinerja. Karenanya efek kualitas pertumbuhan, meskipun ada pengaruh tambahan ke perubahan teknologi, tampak begitu besar.

VI. Kausalitas, Bagian C – Sensitivitas Negara-Negara Asia Timur
Pengalaman pertumbuhan yang dikenal di negara-negara Asia Timur dalam periode pengambilan sampel, berkaitan dengan hasil yang sudah didominasi oleh negara-negara di wilayah tersebut. Untuk sampel dengan tes yang diamati, efek kualitas tenaga kerja turun dalam besaran  ke  , tergantung pada sampel yang nyata, dan R2 turun bila negara Asia Timur dihapus. Hasil ini konsisten dengan kualitas kontribusi modal manusia dalam pertumbuhan ekonomi di Asia Timur. Walaupun demikian, kualitas tenaga kerja mempertahankan efek penting dan kuat pada pertumbuhan yang diperkirakan di semua bagian negara. Dalam contoh sampel yang menambah nilai, hasilnya sama.
Singkatnya, pentingnya kualitas tenaga kerja tidak hanya suatu artefak dari data yang dikelola negara-negara Asia Timur tetapi mendukung semua negara di dunia. Di luar Asia Timur, perubahan deviasi satu standar dalam kualitas tenaga kerja masih dikaitkan dengan 0,7 – 1,0 persen poin tingkat pertumbuhan lebih tinggi (tergantung pada sampel khusus yang diterapkan dalam estimasinya).
VII.   Pentingnya Pengukuran Kualitas
            Analisa sebelumnya berkonsentrasi pada tingkat pertumbuhan yang bisa dijelaskan dengan keadaan awal dan dengan kuantitas dan kualitas modal manusia. Pada saat yang sama, model yang benar disederhanakan meninggalkan susunan karakteristik yang luas dari ekonomi negara. Distribusi tingkat pertumbuhan yang diamati mencerminkan kombinasi dari “keadaan perptumbuhan” dan faktor yang tidak diukur. Dengan mengeluarkan efek yang diukur, kita bisa mengidentifikasi negara mana yang pertumbuhannya cepat atau lambat diberikan simpanan modal manusia.
Distribusi dari tingkat pertumbuhan setelah mengurangi pengaruh modal manusia dan  pendapatan awal yang diukur memberikan beberapa petunjuk dalam pencarian identitas deretan faktor yang lebih banyak yang mempengaruhi pertumbuhan. Contohnya, kinerja Amerika, diidentifikasi memiliki pertumbuhan leboh cepat dibandingkan yang diharapkan diberikan karakteristik modal manusianya, mugkin sebagian merefleksikan ketidaksempurnaan pengukuran modal manusia. Tidak ada analisa informasi inkorporasi tentang pendidikan tinggi, temapt sekolah Amerika dianggap terbaik dunia. Selanjutnya, dalam versi model pertumbuhan endogen yang menekankan pada ide dan peemuan (Romer 1990a), input pendidikan tinggi menjadi produksi para ahli sains dan teknik menjadi penting. Sebaliknya, mungkin hanya merefleksikan pasar kompetitif yang lebih terbuka di Amerika.

VIII.   Kesimpulan
            Berdasarkan pengamatan tingkat pertumbuhan nasional yang beragam, satu dari yang paling utamaadalah kesimpulan yang siap diterima melibatkan sentralitas modal manusia dari suatu bangsa. Meskipun demikian, kesimpulan ini berasal dari model dengan spesifikasi modal manusia yang berbeda. Kenyataannya, semua mengabaikan isu kualitas, secara implisit menyatakanbahwa keragaman kualitas modal manusia relatif kecil untuk kepentingan dan kergaman kuantitas modal manusia yang murni.
            Analisa di sini jelas mempertimbangkan kualitas tenaga kerja yang diukur dengan tes komparatif bidang matematika dan sains dan kemampuan ilmiah. Kesimpulan sederhana muncul dari spesifikasi analitis yang beragam: kualitas tenaga kekrja memiliki hubungan yang kuat, stabil dan konsisten dengan pertumbuhan ekonomi. Sejumlah investigasi tidak langsung dari spesifikasi penyebab secara kualitatif konsisten dengan interpretasi penyebabnya. Hubungan peprtumbuhan tidak munculmenjadi hasil pertumbuhan yang menyebabkan kualitas lebih tinggi melalui sumber daya investasi di sekolah. Tidak juga muncul karena dipicu tes kinerja tinggi hanya dikaitkan dengan negara-negara Asia Timur yang karena beberapa alasan mencapai pertumbuhan tinggi. Ahirnya, dengan melihat bagaimana pengukuran kualitas berhubungan dengan pendapatan imigran di Amerika, kita menemukan bukti yang jelas bahwa tes kinerja international berhubungan dengan perbedaan produktivitas. Kemudian perbedaan produktivitas ini timbul berkaitan dengan sekolah yang berbeda dan bukankarena faktor budaya, dukungan keluarga dan sikap, dan sejenisnya. Keterkaitan langsung untuk produktivitas menggambarkan dampak kausalitas dalam kinerja ekonomi internasional.
            Meskipun demikian, dampak kualitas dalam pertumbuhan, yang menunjukkan bahwa deviasi satu standar dalam kemampuan matematika dan sains berubah menjadi lebih dari satu poin persentase dalam rata-rata pertumbuhan per tahun, juga tampak tidak membesar. Tidak ada kesederhanaan dan esepakatan dengan cara perubahan perbedaan produktivitas mikro dari pendapatan individu ke efek pertumbuhan ekonomi, membuatnya sulit menjadi kenyataan. Contohnya, bila kualitas muncul melalui peningkatan pendapatan pada tahap keadaan tetap dan pertumbuhan merefleksikan proses penyatuan keadaan, hasil persamaan pertumbuhan akan lebih besar dibandingkan dengan hasil yang berhubungan dengan pendapatan individu. Satu alternatif, yang lebih konsisten dengan penekanan yang diasumsikan untuk pendekatan pertumbuhan endogen, akan meringkas peran eksternatlitas dari tingkat modal manusia yang lebih tinggi. Tetapi hasil dari model pertumbuhan, menyiratkan bahwa eksternalitas pasti lebih kuat untuk kualitas dan kuantitas. Efek pertumbuhan yang diperkirakan dari deviasi standar satu dari kualitas yang lebih besar akan diperoleh dari rata-rata sembilan tahun sekolah. Selanjutnya, dalam istilah mutlak, efek ini kasarnya sama dengan estimasi rata-rata tingkat perkembangan teknologi dari periode itu. Sanggahan ini menyatakan kemungkinan variabel dihilangkan dalam penyamaan pertumbuhan, tetapi kita punya sedikit indikasi apa yang mungkin terjadi. Sejumlah faktor yang nyata sudah dikeluarkan dari analisa spesifikasi dan dengan pertimbangan model alternatif efek kausalitas.
            Kami menyimpulkan bahwa perbedaaan kualitas tenaga kerja penting untuk pertumbuhan; perbedaan kualitas ini dihubungkan dengan sekolah (tetapi tidak perlu sumber daya dipersembahkan oleh negara untuk sekolah); dan bahwa kausalitas memiliki dampak penyebab pada pertumbuhan. Pada saat yang sama, perkiraan sederhana dari hubungan perptumbuhan lintas negara muncul melampaui dampak penyebab kualitas. Penyebab pertama atau besaran dari kelebihan ini tidak jelas.
            Ada juga dilema kebijakan yang berbeda, karena kebijakan sumber daya sekolah standar tidak berkaitan dengan keragaman kualitas yang sudah diidentifikasi. Kami yakin bahwa investigasi berikutnya dari   faktor yang memandu perbedaan kualitas adalah penting.

No comments: